Ada yang bilang, stunting ialah penyakit keturunan. Banyak juga pendapat beredar, stunting terjadi karena anak kurang banyak makan. Benarkah? Cek faktanya yuk.
Mengacu data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus stunting tertinggi di dunia. Berdasarkan data tersebut, Indonesia berada pada urutan keempat di dunia dan kedua di Asia dengan angka stunting yang tinggi.
Situasi ini tentu memprihatinkan ya mamsi. Oleh karena itu pemerintah lantas merumuskan kasus stunting dalam agenda pembangunan yang tercantum lewat Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Tahun 2018 sampai 2024.
Sebenarnya fenomena stunting ini nggak melulu terjadi karena kemiskinan, melainkan juga keterbatasan informasi dan kebiasaan yang sudah turun temurun. Sebagai contoh ya mamsi, sudah jadi tradisi bukan memberikan buah pisang ke anak di bawah enam bulan. Alasannya supaya anak tenang dan cepat kenyang. Ini jelas keliru, karena pada usia tersebut asupan gizi terbaik ya hanya dari ASI eksklusif.
Masih banyak lagi informasi yang beredar soal stunting. Ada informasi yang benar, tapi banyak juga yang menyesatkan.
Mamsi, berikut ini sejumlah informasi yang beredar terkait stunting. Yuk kita pelajari dan simak mana yang mitos belaka dan mana yang fakta.
MITOS. Gagal tumbuh pada anak atau stunting terjadi bukan karena masalah genetik atau keturunan. Stunting terjadi karena asupan nutrisi dan kebersihan lingkungan yang buruk. Jadi bukan penyakitnya yang diturunkan, tapi bisa jadi kebiasaan, cara, dan apa yang dikonsumsi oleh orangtua yang mereka wariskan ke anak menjadi penyebab stunting.
MITOS. Mamsi, 1000 hari pertama kehidupan atau HPK ialah masa-masa penting supaya anak mendapat kehidupan yang sehat di masa depan. 1000 hari pertama ini terhitung sejak masa kehamilan atau 270 yakni 9 bulan masa kehamilan, sampai anak berusia dua tahun atau selama 730 hari.
Namanya saja 1000 hari pertama, masa-masa ini jelas tidak akan terulang. Pada periode emas ini mamsi wajib memberikan asupan nutrisi yang baik, termasuk juga ASI eksklusif selama enam bulan bahkan sampai dua tahun.
Artinya, untuk mencegah anak stunting, kebutuhan nutrisi dan gizi anak harus terpenuhi dengan baik sejak ia dalam kandungan.
MITOS. Ini juga sering salah kaprah. Anak yang gemuk memang terlihat menggemaskan, alhasil kita terus memberi anak makan tanpa memperhatikan keseimbangan gizi dan nutrisinya. Akibatnya anak justru mengalami obesitas.
Stunting terjadi bukan karena anak kurang makan, tapi karena asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineralnya tidak seimbang.
MITOS. Mengacu rekomendasi WHO, makanan pendamping ASI atau MPASI sebaiknya diberikan saat bayi berusia enam bulan. Terlalu cepat memberi MPASI justru mengganggu pencernaan, menyebabkan diare, bahkan infeksi saluran pencernaan.
Sebagai catatan mamsi, bayi yang sering sakit-sakitan lebih berisiko mengalami stunting. Penyebabnya, energi yang harusnya ia gunakan untuk proses pertumbuhan justru habis karena proses penyembuhan dari sakit.
Sekitar 20 persen anak mengalami stunting sejak dalam kandungan karena ibunya kekurangan gizi. Menurut WHO ibu yang berpotensi melahirkan anak stunting biasanya memiliki penyakit menular, hamil pada usia remaja, jarak kelahiran pendek, serta kesulitan menyusui.
Anak yang terlanjur mengalami gagal tumbuh bisa tertolong dengan memperbaiki asupan nutrisi. Tapi sayangnya, kecerdasan intelektual anak stunting pasti lebih rendah ketimbang anak lainnya. Dalam hal ini maka benarlah kalimat bijak yang berkata, ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’.
Jadi mamsi, menurut BAPPENAS stunting bisa menyebabkan kerugian ekonomi 2 sampai 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun. Kok bisa? Ya tentu bisa. Karena anak-anak kita ialah generasi penerus bangsa. Kalau generasi penerusnya saja kekurangan gizi, bagaimana mungkin negaranya siap berkompetisi di kancah dunia.
Lagi-lagi diingatkan, 1000 HPK kehidupan anak sangatlah menentukan masa depannya. Apalagi stunting berdampak jangka panjang. Anak mengalami gangguan perkembangan otak, IQ yang rendah, kekebalan tubuh lemah, dan lainnya.
Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 satu dari empat anak Indonesia mengalami stunting. Sementara itu WHO menyampaikan, ada sekitar 162 juta anak di seluruh dunia mengalami gagal tumbuh.
Mamsi, dari penjelasan di atas kita sudah memahami ya bahwa pencegahan stunting dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Karenanya penting bagi mamsi memastikan asupan nutrisi terbaik selama hamil. Berikut ini asupan nutrisi wajib saat hamil agar bayi tak gagal tumbuh.
WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai enam bulan untuk mencegah bayi gagal tumbuh. Karena ASI terbukti mengandung gizi lengkap. Selain itu bayi dengan perut kecil dan sensitif lebih mudah mencerna ASI. WHO juga menjelaskan, bahwa risiko stunting meningkat jika mamsi melepas ASI eksklusif terlalu cepat.
Mari mamsi mengupayakan ASI eksklusif bagi buah hati kita. Tentu ada saja tantangan dalam menyusui, tapi selalu ada solusi bagi yang menolak menyerah pada kondisi.
Bagi mamsi yang mengalami kesulitan dalam produksi ASI, produk ASI booster ASIMOR bisa jadi jalan keluar. Dengan kandungan daun katuk, daun torbangun, dan ikan gabus, ASIMOR tidak hanya melancarkan produksi ASI. ASIMOR juga bermanfaat menjaga kualitas ASI, mempercepat pemulihan nutrisi tubuh, dan tinggi antioksidan.
Sumber referensi: